IQNA

Seni Tilawah Alquran/ 19

Muhammad Ahmad Imran, Qari dan Pemilik Gaya dalam Ibtihal

20:50 - January 12, 2023
Berita ID: 3477863
TEHERAN (IQNA) - Muhammad Ahmad Imran adalah seorang qari dan mubtahil kenamaan asal Mesir yang kehilangan penglihatannya pada usia satu tahun dan dengan terijabahkan doa ibunya, dia mencapai ketenaran dunia.

Menurut Iqna, Muhammad Ahmad Imran adalah seorang qari dan mubtahil Mesir yang terkenal. Ia lahir pada tahun 1944 di kota Tahta di provinsi Sohaj Mesir.

Imran kehilangan penglihatannya ketika dia berumur satu tahun dan ibunya meminta kepada Allah swt agar putranya menghafal Alquran. Allah mengijabah doa ibu dan anaknya menjadi qari dan mubtahil kenamaan di Mesir dan dunia Islam.

Dia berusia 10 tahun ketika dia selesai menghafal Alquran, dan sebelum dia berusia 12 tahun, dia mempelajari prinsip dan kaidah-kaidah tajwid dan berhasil mendapatkan izin untuk qiraat.

Imran sangat terpengaruh oleh Syekh Naqshbadi (1976-1920). Syekh menasihatinya untuk melakukan perjalanan ke Kairo dan dia mengikuti nasihat ini di usia muda. Imran pergi ke sekolah musik untuk tunanetra di Kairo dan mempelajari irama musik di sana.

Setelah lulus SMA, Imran mulai bekerja di sebuah perusahaan pengecoran. Selain itu, sebagai qari di masjid perusahaan, ia membacakan Alquran dan menlantunkan lagu-lagu religi.

Sukses dalam ujian itihal Radio Alquran Mesir pada tahun tujuh puluhan merupakan awal dari ketenaran Muhammad Imran. Setelah itu, Muhammad Imran mengikuti banyak program dan perayaan keagamaan.

Dia adalah salah satu tokoh kenamaan qiraat Mesir, yang dengan kejeniusannya yang luar biasa dalam tilawah dan menggunakan pengetahuan musik, mampu menciptakan gaya khusus dalam qiraat dan ibtihal.

Qari dan mubtahil cacat netra asal Mesir ini juga tertarik dengan musik. Dia percaya bahwa belajar musik dapat membantu ibtihal.

Dia adalah salah satu mubtahil pertama yang membacakan Alquran dan ibtihal selama acara bahagia. Dia juga menemani para seniman dan penyanyi hebat di majelis-majelis pribadi dan berinisiatif dalam penampilannya, sehingga dia diperhatikan oleh tokoh-tokoh terkemuka di bidang musik dan nada.

Dia meninggal pada 6 Oktober 1994 sebelum berusia 50 tahun. Kebetulan wafatnya dengan peringatan kemenangan Oktober orang Arab atas Israel dan penyiaran program khusus dan perayaan acara ini di televisi Mesir, menyebabkan berita tentang wafatnya Muhammad Ahmad Imran tidak dipublikasikan, dan radio Mesir menyiarkan berita ini setelah 20 hari kematian qari dan mubtahil cacat netra ini. (HRY)

captcha