IQNA

Apa yang Dimaksud dengan Cinta Dunia dalam Alquran?

12:36 - February 08, 2024
Berita ID: 3479603
IQNA - Dalam beberapa ayat Alquran dianjurkan untuk memanfaatkan nikmat duniawi, namun lahiriah beberapa ayat lainnya justru mengecam keduniawian. Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan dunia yang dikecam dalam Alquran?

Alquran mengatakan bahwa nikmat dan perhiasan Tuhan di dunia ini pada dasarnya untuk digunakan oleh orang-orang yang beriman:

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زینَةَ اللَّهِ الَّتی‏ أَخْرَجَ لِعِبادِهِ وَ الطَّیباتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِی لِلَّذینَ آمَنُوا فِی الْحَیاةِ الدُّنْیا خالِصَةً یوْمَ الْقِیامَةِ کذلِک نُفَصِّلُ الْآیاتِ لِقَوْمٍ یعْلَمُونَ

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Al-A’raf: 32)

Namun di sisi lain, kita melihat dalam banyak ayat dan hadis bahwa keduniawian dilarang. Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan cinta dunia dalam Alquran?

Sebagai tanggapannya, dapat dikatakan bahwa ayat-ayat Alquran tentang dunia dapat dibagi menjadi tiga kategori;

Pertama, ayat-ayat yang mengungkapkan kecaman terhadap dunia. Dalam kategori ini, dunia diperkenalkan dengan sejumlah sifat seperti “main-main” atau kesenangan dan permainan (QS. Muhammad: 36; QS. Al-Hadid: 20), “Mata’un Qalil” artinya kesenangan yang sedikit (QS. An-Nisa: 77), “Takatsur dan Tafakhur” (QS. Ali Imran: 185); ciri-ciri ini semuanya khayalan dan tidak stabil dan tidak ada satupun yang dianggap sempurna bagi manusia.

Kategori ayat kedua yang mengungkapkan keinginan dunia. Meski nama dunia tidak diberikan sebagai definisi, namun nikmat dunia seperti air yang mengalir, aneka buah-buahan, ternak, dan kapal telah banyak diulang berkali-kali. Demikian juga diperkenalkan dengan sifat-sifat seperti khair/baik: “jika dia meninggalkan harta” (QS. Al-Baqarah: 180) dan hasanah: “Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran” (QS. Al-A’raf: 131) dan Fadhlun Ilahi/karunia Allah: “..Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya” (QS. At-Taubah: 28).

Kategori ketiga adalah ayat-ayat yang menjelaskan perbedaan antara keduanya; misalnya saja isi ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,” (QS. Yunus: 7) menjelaskan bahwa alasan dicelanya dunia adalah ketidakpercayaan terhadap hari kiamat dan membatasi kehidupan hanya dengan  kehidupan duniawi semata. Demikian juga penafsiran dunia sebagai Mata’: “Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)” (QS. Ar-Ra’d: 26) karena kehidupan ini bukanlah tujuan itu sendiri, melainkan sarana untuk mencapai tujuan.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dunia pada hakikatnya tidak tercela, dan jika untuk tujuan akhirat, maka tidak hanya tidak tercela, tetapi juga diinginkan (Mathlub). Menurut Amirul Mukminin (as), dunia adalah sarana untuk mencapai akhirat (Nahjul Balaghah, khutbah 156). Yang dikecam Alquran adalah kemelekatan dan kepuasan terhadap kehidupan duniawi (QS. Yunus: 7); pada dasarnya, ada perbedaan besar antara tertarik pada materi kehidupan dan menikmati dunia tanpa keterikatan. (HRY)

Kunci-kunci: dunia ، dalam Alquran
captcha