Dalam ayat 3 Surah Yusuf, Allah telah memperkenalkan kisah Nabi Yusuf sebagai salah satu legenda dan kisah terbaik:
نحَنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَاذَا الْقُرْءَانَ وَ إِن كُنتَ مِن قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِين
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)
Kisah dan cerita memiliki kontribusi besar dalam pendidikan manusia. Cerita terkadang didasarkan pada sejarah. Sejarah adalah cermin bangsa-bangsa, dan semakin kita mengenal dengan sejarah pendahulu kita, seolah-olah kita telah hidup selama orang-orang itu. Imam Ali as, dalam suratnya ke-31 Nahjul Balaghah yang ditujukan kepada putranya Imam Hasan,as, memiliki kalimat yang mengatakan: “Anakku! Aku telah belajar begitu banyak dalam sejarah masa lalu dan aku menyadarinya bahwa seolah-olah aku telah hidup bersama mereka dan aku telah hidup selama umur mereka.”
Fakta bahwa Alquran secara umum atau kisah Nabi Yusuf secara khusus disebut sebagai kisah terbaik adalah pernyataan yang sangat penting. Ini adalah fitur dari sebuah cerita yang membuatnya lebih baik dari cerita lainnya. Misalnya:
“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik”. (QS. Yusuf: 3)
Tapi ketika kita melihat Alquran, yang berisi kisah-kisah terbaik, kita menemukan isu-isu seperti peringatan, pengingat hari kiamat dan hisab, kabar surga, takut siksa neraka, dan lain-lain. Hasil dari semua poin yang telah disebutkan ini adalah kebangkitan manusia dari tidur kelalaian.
فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raf: 176)